Etnisitas Berbahasa Kwaneng/Boneng

Penelusuran Sejarah
K w a n e n g

Papua memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang unik, khas dan beraneka ragam. Keberadaannya tak kalah jauh dengan etnisitas bangsa lain dunia ini. Nuansa budaya yang dihayati merupakan perekat dan identitas yang menunjukkan eksistensi suatu suku yang hidup dan berekspresi di atas tanah leluhur.

Kebudayaan disini, dikonotasikan sebagai wujud pedoman dan berperilaku setiap individu maupun kelompok (suku) yang konkrit dan dapat dilihat dalam kehidupannya dari seperangkat pengetahuan budaya setempat. Tetapi juga, suatu kesatuan konsep dari sistem kebudayaan yang dimanifestasikan dalam lingkungan sosial masyarakat.

Lebih terfokus lagi, pada fundamentalitas kehidupan manusia, dalam hal ini akan saya kemas menyangkut signifikasi keempat suku; MeckKimyal, Unaukam, dan Ketengban yang tersarak, meskipun keempatnya secara bersama-sama berbahasa Kwaneng. Keempat suku yang juga, bermukim diatas serangkaian Pegunungan, bagian Timur Provinsi Papua. 

Penelusuran lebih jauh, divergensi budaya bangsa yang berbahasa Kwaneng ini, rupa sejatinya berasal dari golongan etnik yang dijuluki sebagai "Yalenang", yang kerap disapa secara bertalian berdasarkan letak geografis dan kedudukan masyarakat di masing-masing tempat secara terstruktur dari lintang barat hingga ke lintang timur.

Menurut ruang lingkupnya, asal-muasal keempat suku ini telah teridendifikasi memiliki kesamaan, baik itu melalui sejarah peradaban manusia dan garis keturunan bahkan melalui unsur kebudayaan seperti pengungkapan bahasa, sebagaimana yang menjadi kemasan dalam pembahasan ini. Anggapan yang telah memiliki persamaan merupakan pengenalan identitas suku yang ditandai dengan pengakuan akan ciri khas suku melalui unsur bahasa. 

Untuk memperjelas pembahasan. Sebelum itu, terlebih dahulu saya mendefinisikan arti kata dari Kwaneng. Secara etimologis kata Kwaneng adalah Petatas atau Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) yang sudah lama telah menjadi makanan pokok dan memiliki kadar gizi (Karbohidrat) yang tinggi. Sejak dahulu kala, penduduk Suku besar Yale di serangkaian pegunungan Papua, yang terpisah menjadi Meck, Kimyal, Unaukam, dan Ketengban sangat relatif dan kreatif beradaptasi dengan lingkungan alam sekitar, guna berkebun dan menanam Kwaneng untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup.

Barangkali, akan semakin memperjelas dan mengarahkan kita untuk memahami, kemelut divergensi yang terjadi. Untuk perlu diketahui, bahwasannya keterpisahan yang terjadi karena telah didorong oleh berbagai komponen yang menjadi akar persoalan ini, diantaranya : 
  1. Pencemplungan kelompok etnik ke dalam suatu lingkungan yang menciptakan kebudayaan baru dengan desain khusus, agar terlihat sebagai sesuatu yang alamiah belaka. Padahal hanya terjadi karena prakarsa pencerapan oleh realitas objektif dalam kehidupan masyarakat.
  2. Terjadinya proses peleburan dan pergeseran nilai budaya yang tunggal, tetapi juga discoveri yang telah menjadi invention diterapkan dalam masyarakat. Bahkan adanya konfrontasi dan revolusi yang melahirkan perubuhan lingkungan fisik manusia dan pengaruh kebudayaan masyarakat yang lain.
Sampai disini, mesti dapat dipahami dengan saksama komplikasi perihal sebab-akibat kedua suku yang terpisah walau satu berbahasa Kwaneng. Saya hanya ingin mencantumkan pokok pikiran tentang salah satu suku besar (Yalenang) yang mendiami bumi Cendrawasih, melalui tulisan ini. Sebab banyak perspektif dan obsesi yang membekas serta mengambigu dalam benak pikiran. 

Agar supaya nantinya, melalui tulisan ini sewaktu-waktu dapat menemukan titik temunya. Karena Kwaneng yang sama juga dikunya dan dimakan, bahkan penyebutan dalam bahasa pun sama diungkapkan, arti yang sama pula dipakai secara persamaan. Lantas mana yang salah dan mana yang benar, ketika kebenaran yang tersisihkan seolah-olah menonton kita ?

Tulisan ini, semata-mata sebatas semboyan untuk membuka cakrawala berpikir, dan masih sangat jauh dari kesempurnaan dan tataran. Membutuhkan penyelidikan maupun penelitian lebih lanjut secara akademik dan ilmiah untuk dapat dibuktikan, dipertanggung jawabkan serta diperjelas dikemudian hari, mengenai eksistensi sejarah kebudayaan yang ada dalam satu suku besar yang sejatinya disebut dengan "Yalenang".

Komentar

Posting Komentar

Kampung Bersejarah di Perbukitan Pinia • Kabupaten Yahukimo Papua

Perbukitan Pinia Menyimpan Nafas Leluhur: Kampung Bersejarah di Jantung Papua

Kosarek Valley: Sepenggal Surga di Pegunungan Papua